Siaran Pers
Kala COP26 Menghasilkan Solusi Palsu, Ada Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Terendam Banjir ROB
Minggu, 7 November 2021. Sejak pukul 10.00 pagi ini banjir ROB melanda Pulau Pari dengan ketinggian 15-25 cm. Banjir ROB ini sudah yang ke 5 kalinya dalam kurun waktu 2021, 4 kali selama musim angin timur dibulan Juli-Agustus dan 1 kali musim angin barat yang hari ini terjadi dan merupakan banjir ROB terparah. Intensitas banjir ROB juga meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Lihat juga: Dampak Perubahan Iklim, Pulau Pari Alami Banjir Rob Dua Kali Setahun
Di bagian Barat Pulau Pari, banjir ROB ini mengakibatkan sumur warga terendam air laut sehingga sampai hari ini tidak bisa digunakan dan warga terpakasa mengeluarkan biaya yang tinggi untuk meninggikan rumah setiap kali banjir Rob datang.
“Meski pasang surut air laut adalah hal yang biasa, tetapi kali ini air pasang lebih tinggi hingga mengakibatkan banjir ROB. Dalam kalender musim nelayan, seharusnya air pasang hingga ROB terjadi tanggal 13 bulan atas (hitungan tanggal komariyah). Nah hari ini baru tanggal 2 bulan komariyah sudah ROB dan ini termasuk parah dibanding sebelumnya.” Ungkap Maryono selaku pemilik warung di Pantai Pasir Perawan.
Maryono juga menambahkan padahal wisata baru saja dibuka selama pandemi, tetapi kita jadi merugi karena warung jadi sepi dan saya terpaksa menunggu surut untuk bersih-bersih agar wisatawan nyaman datang ke warung, setelah itu saya baru pergi melaut setelah itu. Selain itu, kebun kangkung saya terendam juga, jika tidak dipanen semua, kangkung nya bisa mati.”
Edi Mulyono selaku Ketua RT. 01 juga mengatakan Pemerintah harus lebih memikirkan masa depan generasi yang akan datang. Jangan mentang-mentang saat memiliki kekuasaan sehingga seenaknya memberikan izin-izin pada perusahaan perusak lingkungan tanpa memikirkan dampak yang memicu perubahan iklim. Dan kami sebagai nelayan meminta agar menghentikan proyek reklamasi di Kepulauan Seribu karena ini berdampak langsung pada terumbu karang dan padang lamun yang kita tahu ini adalah tumbuhan laut yang menyerap karbon paling banyak dibanding tumbuhan lainnya.
Infografis dampak perubahan iklim di Pulau Pari
“Dalam tahun 2021, Pulau Pari sudah mengalami ROB 5 kali, dan tidak hanya di Pulau Pari, ROB juga terjadi di pesisir Jakarta Utara dan lebih sering dibanding tahun sebelumnya. Ini harus menjadi perhatian penting pemerintah karena masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim. Seharusnya pertemuan COP26 menghasilkan solusi dan komitmen tegas untuk segera menekan laju perubahan iklim bukan malah membuka ruang investasi untuk terus-menerus mengekploitasi sumber daya alam kita” kata Rehwinda, Pengkampanye WALHI DKI Jakarta.
Bertepatan hari ini masih berlangsung pertemuan COP26 di Glasglow yang seharusnya menjadi momentum penting dalam agenda keadilan iklim. Namun hasil pertemuan agenda besar ini justru hanya menghasilkan solusi palsu yang tidak berpihak pada kelestarian lingkungan hidup dan keadilan iklim.
Link dokumentasi : https://bit.ly/BanjirROBPulauPari2021
Narahubung :
Rere 081319117088
Maryono 081299130464
Edi Mulyono 081808715117