Mempertanyakan Posisi Negara Asia pada INC-5: Lemahnya Ambisi untuk Mengatasi Krisis Pencemaran Plastik

Siaran Pers Bersama

Busan, 1 Desember 2024 – Hari terakhir pada negosiasi kelima di Busan untuk menyepakati Instrumen Hukum yang Mengikat (ILBI) untuk mengakhiri pencemaran plastik (INC-5), posisi negara-negara Asia dipertanyakan. Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyampaikan kekecewaan atas kurangnya ambisi dari negara-negara Asia, kecuali Bangladesh dan Filipina, terhadap rancangan teks INC-5 untuk perjanjian yang mengikat secara hukum tentang pencemaran, terutama untuk mengurangi produksi plastik dan kandungan senyawa kimia berbahaya dalam plastik. Meskipun dianggap sebagai kontributor yang signifikan terhadap pencemaran plastik di lingkungan, sikap diam negara-negara Asia menunjukkan kurangnya komitmen dan keseriusan dalam menangani krisis ini.

“Ini bukan sekedar simulasi, ini perjuangan untuk bertahan hidup” ujar Juan Carlos Monterrey, Perwakilan Khusus untuk Perubahan Iklim & Direktur Nasional Perubahan Iklim dari Kementerian Lingkungan Panama pagi ini. “Bagi kami, plastik adalah senjata pemusnah massal.. Sudah saatnya negara-negara bertindak atau mundur!” Lebih dari 100 negara telah menyuarakan dukungan untuk menetapkan target global guna mengurangi produksi plastik, sementara lainnya menentang pembatasan produksi.

Konferensi Pers perwakilan negara anggota membahas ambisi dalam jam-jam terakhir negosiasi perjanjian plastik,1 Desember 2024 pukul 10 pagi waktu setempat di BEXCO Exhibition Hall 1. (Source: GAIA)

Tahun 2024, plastik di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai 30,48 juta ton, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan lebih dari 4% selama periode 2024-2029. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 38,36 juta ton pada tahun 2029[1]. Namun, di tengah pertumbuhan ini, bukti ilmiah semakin menunjukkan bahwa plastik membahayakan kesehatan manusia. Sejak 2020, lebih dari 200 penelitian mikroplastik telah dilakukan di kawasan ASEAN[2]. Hasilnya menunjukkan paparan mikroplastik tinggi dalam tubuh manusia, berkisar antara 80 hingga 490 mg per kapita per hari[3].

“Sebagai bagian dari masyarakat Asia yang sering disalahkan karena dianggap kontributor terhadap pencemaran plastik, kami kecewa bagaimana posisi negara-negara Asia pada proses negosiasi ini. Mereka lebih mendukung ekspansi produksi plastik tanpa melihat fakta apa yang terjadi di negaranya. Padahal Negara-negara Asia memiliki peluang besar untuk memimpin dengan memberi solusi sesuai dengan kearifan masyarakat lokal” ujar Nindhita Proboretno, Co-Coordinator Nasional AZWI

Pembatasan Partisipasi Masyarakat Sipil

Negosiasi INC-5 mendapat kritik karena membatasi partisipasi masyarakat sipil, menimbulkan kekecewaan atas kurangnya transparansi dan inklusivitas. Observers, terutama dari negara-negara Asia dibatasi akses ke pertemuan penting seperti Regional Meeting dan Contact Groups. Selain itu, terdapat kendala logistik seperti jumlah kursi tidak memadai dan kesempatan berbicara di sesi plenary yang terbatas. Masalah ini pertama kali disuarakan pada INC-4 dan terus berlanjut selama Intersessional Work di Bangkok, menunjukkan kurangnya komitmen untuk benar-benar melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses perjanjian yang penting ini.

“Proses di INC-5 sangat mengecewakan, terutama jika dibandingkan dengan Perjanjian Lingkungan Multilateral (MEA) lainnya yang secara historis lebih inklusif dan transparan. Masyarakat sipil Indonesia sudah menempuh perjalanan jauh dengan keahlian dan pengalamannya masing-masing, tetapi suara kami diabaikan. Pembatasan akses dan peluang partisipasi menjadi hambatan besar untuk perjanjian ini. Namun, kita tidak boleh mundur. Kita harus terus memperjuangkan kesehatan, lingkungan, dan masa depan kita. Waktu sangat terbatas, dan hari ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mendorong perjanjian yang ambisius dan bermakna,” tegas Yuyun Ismawati, Senior Advisor Nexus3 Foundation.

Kritik terhadap Posisi Indonesia

Teks Chair Non-Paper yang dirilis pada 29 Desember menimbulkan kekhawatiran karena banyak aspek lingkungan, kesehatan, dan finansial yang tidak kuat mengatasi plastik di seluruh siklus hidupnya. Usulan Indonesia untuk mengganti judul Pasal 7 dari "Emissions and Releases" menjadi "Releases and Leakages" dalam Conference Room Paper (CRP) memperumit pemahaman tentang jalur pencemaran plastik dari hulu hingga hilir. Dengan mengubah dan menambahkan kata “leakages”, intervensinya menjadi berorientasi pada pengelolaan sampah bukan fokus pada kontrol pencemaran dari kegiatan produksi plastik di hulu sampai menjadi sampah. Ada indikasi keterlibatan industri plastik dalam mempengaruhi delegasi untuk mengaburkan tanggungjawab industri dan mengalihkannya menjadi beban publik.

“Lagi-lagi kami belum melihat posisi Indonesia yang berpihak kepada masyarakat, karena perjanjian ini bukan hanya soal kepentingan industri atau pengelolaan sampah semata, tapi juga tentang keberlangsungan hidup masyarakat. Sudah banyak bukti banyak kejadian di Indonesia bagaimana kelompok rentan dan masyarakat di tapak terdampak langsung atas pencemaran plastik,” kata Abdul Ghofar, Juru Kampanye Polusi dan Perkotaan WALHI.

Lihat juga, Pemerintah Indonesia Abaikan Isu Lingkungan dan Kesehatan pada Negosiasi Kelima Perjanjian Internasional tentang Plastik

AZWI bersama lebih dari 150 organisasi menggelar konferensi pers di depan BEXCO Exhibition Hall 1 pada 29 Desember 2024 pukul 10 pagi waktu setempat. (Sumber: AZWI)

Guna Ulang sebagai Solusi Prioritas

Laporan terbaru oleh Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) bertajuk Unpacking Reuse in Asia[4] menyoroti sistem guna ulang dan isi ulang yang inovatif di Asia sebagai alternatif efektif untuk plastik sekali pakai. Sistem ini tidak hanya mengurangi sampah plastik tetapi juga mendukung ekonomi lokal dan pola konsumsi berkelanjutan.

“Asia memiliki sejarah panjang ekonomi guna ulang yang berkembang untuk mengatasi plastik sekali pakai,” ujar Rahyang Nusantara, Wakil Direktur Dietplastik Indonesia. “Laporan ini menunjukkan bagaimana sistem guna ulang dan isi ulang dapat mengubah pola konsumsi sambil mendukung mata pencaharian masyarakat.”

Peluncuran Laporan Unpacking Reuse in Asia pada 27 November 2024 di BEXCO Exhibition Hall 2 (Sumber: Dietplastik Indonesia)

Kepemimpinan Global Dimulai dari Negeri Sendiri

Kepemimpinan kuat, terutama dari para pemimpin Asia Tenggara dan Indonesia[5], sangat penting untuk mendorong posisi mereka pada rancangan teks INC-5 dan mendukung langkah-langkah ambisius.

AZWI mendesak pemerintah Indonesia untuk:

  • untuk memprioritaskan kesehatan manusia dan lingkungan dalam negosiasi ini dengan mempertimbangkan seluruh siklus hidup plastik dan didasarkan pada bukti ilmiah untuk keberlanjutan makhluk hidup.
  • mengambil tindakan tegas untuk membatasi produksi plastik primer dan meningkatkan transparansi dan ketelusuran bahan kimia dalam plastik. Hal ini termasuk mengatur Chemical of Concern (CoC) berdasarkan kelompok bahan kimia,
  • secara aktif mempromosikan dan mendukung solusi guna ulang sebagai praktik pengelolaan sumber daya yang lebih efisien dengan berinvestasi pada solusi kreatif dan mendorong keterlibatan para pihak terutama produsen membantu mengurangi sampah dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih berkelanjutan,
  • berkomitmen untuk melakukan transisi yang adil dengan melindungi pekerja dan komunitas terpinggirkan yang terdampak secara tidak proporsional oleh kebijakan plastik dan memastikan partisipasi mereka dalam merancang kebijakan tersebut.

Narahubung:
Joel Joachim, Staf Komunikasi, [email protected] , +6282126288244

Tentang Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI)
Aliansi dari 10 organisasi lingkungan hidup: YPBB, Dietplastik Indonesia, Nexus3 Foundation, PPLH Bali, ECOTON, ICEL, Nol Sampah Surabaya, Greenpeace Indonesia, Gita Pertiwi, dan WALHI. AZWI mengkampanyekan konsep Zero Waste yang sesungguhnya dalam konteks pengarusutamaan melalui berbagai kegiatan, program, dan inisiatif Zero Waste yang sudah ada untuk diimplementasikan di kota dan kabupaten di Indonesia dengan mempertimbangkan hirarki pengelolaan sampah dan siklus hidup material.

--- ---

[1] https://www.mordorintelligence.com/industry-reports/south-east-asia-sea-plastics-market
[2] https://ikhapp.org/wp-content/uploads/2024/09/giz2024-en-baseline-study-on-microplastics.pdf
[3] https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.est.4c00010
[4] Unpacking Reuse In Asia https://www.no-burn.org/reuse-in-asia/
[5] Joint Statement: Asean Leadership Key To The Success Of Global Plastic Treaty To End Plastic Pollution https://resolutions.unep.org/incres/uploads/final_csos_joint_statement_asean_leadership_key_to_the_success_of_gl obal_plastic_treaty_to_end_plastic_pollution_compressed.pdf

--- ---
Unduh dokumen Siaran Pers disini:
Mempertanyakan Posisi Negara Asia pada INC-5 (ID)
Mempertanyakan Posisi Negara Asia pada INC-5 (EN)
--- ---