slot terbaikcapcut88pastigacor88slot thailandslot pulsaslot pulsaslot gacor hari inislot pulsaslot danaslot gacor hari inislot gacor gampang menangslot gacor maxwinslot gacor 2024slot gacor resmislot pulsaslot gacor 2024slot gacor hari inislot gacor terbaikslot pulsaslot gacor terbaikslot gacor hari inislot danaslot gacor terpercayaagen slot gacorslot gacorslot gacor viralslot pulsa
Menjaga Ekosistem Mangrove Penting Bagi Keberlanjutan Hidup Masyarakat Pesisir, Tidak Sekedar Karbon | WALHI

Menjaga Ekosistem Mangrove Penting Bagi Keberlanjutan Hidup Masyarakat Pesisir, Tidak Sekedar Karbon

Siaran Pers Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Menjaga Ekosistem Mangrove Penting Bagi Keberlanjutan Hidup Masyarakat Pesisir, Tidak Sekedar Karbon Jakarta, 26 Juli 2018. Setiap tanggal 26 Juli diperingati sebagai hari mangrove sedunia. Sebagai negara dengan 23 % dari total mangrove di seluruh dunia, Indonesia memiliki peran penting agar ekosistem mangrove yang ada dapat terjaga dengan baik selain berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim. Selain itu fungsi ekosistem mangrove juga sangat krusial bagi keberlanjutan kehidupan nelayan dan masyarakat yang hidup di pesisir. Namun sayangnya dari total mangrove yang ada di Indonesia dengan luasan 3,4 juta hektar lebih dari 50% dalam kondisi rusak. Kondisi ini disebabkan karena ekspansi industri properti, tambang, perkebunan, tambak serta pariwisata massal selain karena rusaknya ekosistem mangrove akibat tumpukan sampah dari darat yang mengalir ke laut. Laju deforestasi mangrove hingga hari ini sudah sangat menghawatirkan, setiap tahun hampir 52.000 hektar mangrove di Indonesia musnah. Dalam sepekan laju deforestasi mangrove tersebut setara dengan 3 kali luas lapangan bola. Sebagai negara kepulauan dan terkait komitmen pemerintah hari ini untuk tidak lagi memunggungi laut, perlu kebijakan korektif dan sistematis untuk menghentikan laju deforestasi mangrove tersebut sekaligus memastikan keberlanjutan kehidupan nelayan dan masyarakat yang hidup di pesisir dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam upaya untuk pemulihan kondisi ekosistem mangrove.

Melihat mangrove hanya sebagai penyerap karbon sebagaimana cara pandang melihat hutan di darat hanya sebagai penyerap karbon adalah cara pandang yang keliru. Apalagi dikaitkan dengan karbon biru sebagai upaya untuk mereplikasi konsep REDD+ di darat yang memberi harga pada setiap CO2 yang terserap untuk kemudian difinansialiasi atau dihitung harganya di pasar karbon. Apalagi, pendekatan tersebut hanya proyek yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk mengejar tambahan pembiayaan tanpa melakukan perubahan kebijakan di tingkat daerah dalam hal perencanaan pembangunan yang rendah karbon. Yuyun Harmono, Manajer Kampanye Keadilan Iklim WALHI mengatakan ”Perlu langkah tepat untuk penyelamatan pesisir yang melibatkan masyarakat yang hidup di pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menjaga perairannya dan ekosistem pesisirnya. Masyarakat lokal selama ini telah melakukan praktek terbaik dalam pengelolaan pengelolalaan wilayah kelola rakyat di pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Bangka Sulut, Pulau Pari dan masyarakat Kalaodi di Tidore.” Pengakuan terhadap wilayah kelola rakyat dan pengetahuan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir dan perairannya menjadi krusial dalam memastikan wilayah tersebut dikelola dengan partisipatif dan adil. Selesai Selamat Hari Mangrove Sedunia Salam adil dan lestari ! Nara Hubung: Yuyun Harmono, Manajer Kampanye Keadilan Iklim WALHI : harmono@wp_walhi.local 081385072648