Siaran Pers Walhi Sulteng
Manager Kampanye Walhi Sulteng, Stevandi menerangkan bahwa Hemsi bukanlah penjahat kelas kakap. “Dia selama ini selalu kooperatif dalam menjalani pemerikasaan-pemeriksaan polisi” Kata Stevandi Hemsi ditangkap di rumah sakit Woodward (Bala Keselamata) kota Palu saat menemani istrinya yang sedang menjalani proses persalinan (operasi Ceasar). Menurut Stevandi penangkapan terhadap Hemsi makin memperpanjang catatan buruk insitusi Kepolisian dalam konflik agraria di Indonesia. “Korps Bhayangkara masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Ini bersesuaian dengan data Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) tahun 2017 yang menyebutkan polisi masih menjadi aktor utama dalam tindakan kekerasan dan penangkapan terhadap petani.” Tegas Stevandi Stevandi menambahkan, penanganan kasus Hemsi berbanding terbalik dengan kasus-kasus korupsi besar di Indonesia yang telah merugikan negara. “Para pelaku tindak pidana korupsi mendapat perlakuan khusus, mereka tidak disiksa seperti halnya kasus-kasus rakyat kecil seperti yang dialami Hemsi.
Para pelaku tindak pidana korupsi justru masih dapat melenggang kemana-mana, tanpa penangkapan. Ini sungguh berbeda dengan penanganan kasus petani miskin yang mempertahankan tanahnya. Banyak petani yang tidak bersalah justru dipenjara tanpa proses peradilan, fakta ini menunjukan bahwa hukum di Indonesia lebih memihak segelintir orang yang punya otoritas dan memiliki modal besar.” Kata Stevandi Lebih lanjut Stevandi menejalaskan proses hukum yang menimpa Hemsi merupakan satu contoh buruk di Indonesia. Ia mencontohkan pada 2010 ketika perusahaan dan pihak kepolisian (Brimob) mendatangi Hemsi. Katanya Kepolisian Pasangkayu memperlakukan Hemsi seperti halnya teroris. Mereka memukuli, mencekik dan menginjak-nginjak Hemsi lalu membawanya secara paksa ke Polsek Pasangkayu. “Ini mirip seperti cara-cara kolonial Belanda dan Jepang di masa lampau. Bagaimana mau menegakan hukum, sedangkan hukum masih tebang pilih?”. Tanya Stevandi Berkaitan dengan hal tersebut, Walhi Sulteng meminta Kapolres Pasangkayu agar menangguhkan penahanan terhadap Hemsi beberapa hari kedepan, sampai istrinya membaik. Polisi perlu mempertimbangkan prinsip kemanusiaan dalam kasus ini. Walhi dan anggota jaringannya diseluruh Indonesia dan semua anggota individu, bersedia menjadi penjamin atas penangguhan terhadap Hemsi tersebut, bila itu diperlukan pihak kepolisian Pasangkayu. “Kami memastikan bahwa Hemsi tidak akan kemana-mana. Sebab selama ini Hemsi selalu kooperatif terhadap panggilan-panggilan polisi.” Tutup Stevandi
Manager Kampanye Walhi Sulteng Stevandi 082188160099