WALHI : Dosen UBB Indra Ambalika Diskreditkan Nelayan

 width= Pers Rilis WALHI Bangka Belitung Pangkalpinang, 28 Maret 2018 Pernyataan kontroversial Dosen Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika menuai kritik dari nelayan di provinsi Bangka Belitung, pernyataan yang beredar di media seakan mengkambing hitamkan nelayan akan kerusakan ekosistem laut dan aktifitas tambang laut dinilai tidak mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Menurut Indra nelayan menangkap ikan di atas 2 mil. Minimal 10 mil untuk nelayan yang menggunakan bagan tancap, dan di atas 5 mil bagi mereka yang memakai bagan apung. Sedangkan nelayan yang menggunakan bagan perahu, jaraknya lebih jauh lagi yakni bisa sampai 30 mil. “Jika harus dibandingkan, justru bagan-bagan ini lah yang cenderung merusak ekosistem laut karena ikan-ikan kecil jadi ikut terjaring,’’ kata Indra yang juga Dosen Universitas Bangka Belitung (UBB) itu,(http://seputarbabel.com/2018/03/28/tambang-tidak-pengaruhi-hasil-tangkapan-ikan/ , http://babelpos.co/2018/03/perda-zonasi-mendesak/) Menurut Ali, Koordinator Persatuan Nelayan Tradisional dan Pesisir Kabupaten Bangka, pernyataan Indra Ambalika yang merupakan seoarang akademisi dan dosen tersebut sangat mencederai profesi kami sebagai nelayan, pandangan “kacamata kuda” terhadap aktifitas tambang laut sangat jauh dari argument seorang akademisi dan dosen. Ali menambahkan, bahwa nelayan telah secara arif dan bijakasana dalam menjaga kesinambungan ekosistem laut dari pada aktifitas tambang laut yang mengeruk dan mengeploitasi laut dengan meninggalkan limbah, sedimintasi, kerusakan terumbu karang dan hilangnya habitat ikan oleh aktifitas Kapal Isap Produksi. Hal senada juga diungkapkan ketua Serikat Nelayan Air Nyatoh Asbaru yang akrab disapa Baba, kami menilai pernyataan Indra Ambalika “lebes budu dari ku yang dak sekulah ne” (Asal bicara dari aku yang tidak sekolah), tambang laut telah mengancam periuk nasi kami dan merusak tempat kami mencari nafkah. Direktur Eksekutif WALHI Bangka Belitung, Ratno Budi mengungkapkan bahwa provinsi Bangka Belitung diambang bencana ekologi oleh aktifitas pertambangan di darat maupun laut, daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah tidak mampu mengemban 1.173 Izin Usaha Pertambangan dengan luas mencapai 1,1 juta hektar (Luas Babel 1,6 juta hektar) yang berada di darat dan laut provinsi Bangka Belitung. Ratno menambahkan, bahwa aktifitas tambang laut menghancurkan wilayah tangkap nelayan yang berdampak pada sumber penghidupan 45.000 nelayan di Babel. Pernyataan Indra Ambalika sangat mendiskretitkan nelayan dan bertolak belakang dengan kondisi dan fakta-fakta dilapangan. Hasil kajian dan monitoring Ekosistem Terumbu Karang WALHI Babel mengungkapkan bahwa hasil pengambilan sampel di beberapa titik di kabupaten Bangka yaitu kualitas air dan sedimen sudah melebihi baku mutu (KepMen KLH No 51 tahun 2014). Contact Media ‭0812 78728387‬ Ratno Budi (Direktur Eksekutif WALHI Bangka Belitung) ‭0823 07531893‬ Ali (Koordinator Persatuan Nelayan dan Pesisir Kabupaten Bangka) +62 857-1064-9661 Baba (Ketua Serikat Nelayan Air Nyatoh)